Kelangsungan
hidup dan pertumbuhan suatu organisasi sepenuhnya tergantung pada kemampuan
organisasi tersebut merespon, bereaksi, dan berkembang sehingga mampu beradaptasi
dengan dinamika lingkungan eksternal dan internal yang terus mengalami perubahan
sepanjang waktu. Sebagai sebuah entitas, organisasi juga mengalami evolusi
dalam kehidupannya yang secara internal terkait dengan masalah peningkatan
produktivitas, efisiensi, dan efektifitas. Sementara dari sisi eksternal sangat
dipengaruhi oleh kekuatan Political, Economic, Social, Technology, Legal,
Ecological, dan Competitive (Brooks & Wetherson, dalam Kuncoro, 2006), sementara Porter (1985) mengaitkannya dengan Fives Forces Model yang terdiri
dari rivalitas diantara para pesaing, ancaman masuknya pendatang baru, tekanan
produk pengganti, daya tawar pembeli/pelanggan, dan daya tawar pemasok.
Pertumbuhan dan perkembangan organisasi dalam berbagai
kajian telah melahirkan sejumlah konsep, teori maupun model. Sepanjang
keberadaannya, setiap organisasi akan selalu melewati berbagai tahapan yang
dapat diprediksi atau lebih dikenal dengan konsep siklus hidup organisasi. Dufour et al., (2018) mengungkapkan bahwa studi tentang siklus hidup organisasi
ini telah berkembang sejak diperkenalkan pada tahun 1967 hingga tahun 2018
(gambar 1). Meskipun demikian Jirásek & Bílek, (2018) setuju bahwa lima tahap utama siklus hidup organisasi dapat
dibedakan dalam siklus hidup organisasi: (1) founding; (2) growth; (3) maturity; (4) revival; dan
(5) decline.
Gambar 1. Perkembangan Kerangka Konsep Siklus Hidup Organisasi (Dufour et al., 2018)
Berbagai konsep siklus hidup organisasi tersebut kemudian disandingkan
dengan konsep manajemen strategi dalam kaitannya dengan bagaimana perusahaan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Sejumlah temuan empiris terkait strategi
korporat dalam menghadapi dinamika dan turbulensi lingkungan serta persaingan kemudian
disandingkan dengan konsep siklus hidup organisasi dan dielaborasi dengan berbagai
model analisis lingkungan yang selanjutnya menggambarkan perilaku strategis
korporat dalam pertumbuhannya untuk memperoleh dan mempertahankan keunggulan
kompetitif sehingga mampu survive secara berkelanjutan seperti yang diungkapkan
oleh Porter (1985) tentang pendefinisian pengaruh
faktor eksternal (pasar, kelembagaan) terhadap perilaku strategis perusahaan
perusahaan dan membangun keunggulan kompetitif, Barney (1991), Barney et al., (2001), Peteraf (1993), dan Grant (1991), tentang perilaku strategis dan
pembangunan keunggulan kompetitif sebagai fungsi dari pengembangan faktor
internal (sumberdaya) dari perusahaan, kemudian Teece et al. (1997) yang perilaku strategis dan pembangunan keunggulan
kompetitif sebagai fungsi dari pengaruh eksternal dan faktor internal
perusahaan dan adaptasi konstan melalui pengembangan, integrasi, konfigurasi,
dan konfigurasi ulang sumberdayanya ke dinamika lingkungan eksternal yang
menentukan kemampuan dinamis, demikian halnya dengan Coulter (2002) yang membandingkan Model Organisasi-Industri (I/O),
Model Berbasis Sumberdaya (RBV) dan Model Gerilya (Guerilla) sebagai model
alternatif yang dapat digunakan untuk memperoleh keunggulan kompetitif, dan kerangka kerja integrative
yang ditawarkan Ma (2004), sebagai faktor-faktor penentu
keunggulan kompetitif dalam persaingan global yakni kreasi dan inovasi,
persaingan, kerjasama, dan kooptasi, serta
keunggulan kompetitif generik yang berbasis kepemilikan, berbasis akses, dan
berbasis kecakapan.
Sejumlah model
analisis juga dikembangkan seperti PEST
(Political, Economic, Social, Technology), PESTEL (dengan menambahkan factor Environmental
dan Legal), PESTELC (diperluas dengan memasukkan factor Competitive), PESTELED
(Etika dan Demografi kemudian dimasukan sebagai factor penentu), SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats), Value Chain (rantai nilai), BCG (Boston
Consulting Group), Audit Grid atau bahkan analisis VUCA yang dikembangkan oleh United States
Army War College (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity) dan serta
berbagai model analisis lainnya untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan
bisnis ke depan dalam pertumbuhan organisasi (Araújo et al., 2021; Chinta, 2018; Sammut-Bonnici & Galea,
2015; Kuncoro, 2020). Berbagai model analisis tersebut dapat digunakan
organisasi untuk memahami dan melakukan adaptasi dengan perubahan lingkungan
yang kemudian menentukan posisi dan pertumbuhan serta pengembangan organisasi
dalam tahapan siklus hidup sebuah organisasi.
Greiner (1998) mengelompokkan perkembangan organisasi dalam enam
tahapan yang akan dilalui yakni melalui kreatifitas, pengarahan, pendelegasian,
koordinasi, kolaborasi, dan aliansi, meskipun kecepatannya bergantung pada
perbedaan dalam pertumbuhan perusahaan. Peralihan setiap tahapan selalu
beririsan dengan berbagai masalah/krisis (leadership, outonomi, red tape,
growth) sehingga untuk dapat terus tumbuh maka perlu diantisipasi agar
pertumbuhan berkelanjutannya dapat dipertahankan. Pada tahap awal, seiring pertumbuhannya dari
kreatifitas ke pengarahan, organisasi akan mencapai titik krisis kepemimpinan
di mana manajemen profesional perlu dibawa untuk membantu menjalankan fungsi
yang semakin kompleks seperti pemasaran dan sumber daya manusia. Dan pada
pertumbuhan tahap akhir yakni antara kolaborasi dan aliansi, organisasi hanya
dapat mengatasi tantangannya dengan bermitra dengan organisasi lain melalui
tindakan seperti outsourcing, merger, dll. Ekspansi ini pada akhirnya
menciptakan titik krisis identitas, di mana organisasi harus memfokuskan
kembali pada visi, misi, dan strateginya.
Contoh strategi
transformasi digital dalam transportasi Tesla mendorong banyak produsen mobil
ke dalam jenis kompetisi baru. Dengan meningkatnya kekhawatiran atas pemanasan
global dan ketergantungan dunia yang berlebihan pada minyak, sektor otomotif
baru-baru ini mengambil langkah menuju elektrifikasi dan mengemudi secara otonom.
Contoh lain
adalah Hyundai, yang baru saja mengakuisisi Boston Dynamics, sebuah perusahaan
robotika. Tujuannya adalah untuk membawa mobil mereka ke metaverse dan menjadi
perintis berdasarkan kemampuan robotika baru yang canggih.
Gambar 2. Tahapan Pertumbuhan Organisasi Grainer
Kemampuan suatu organisasi untuk dapat tumbuh dan terus berkembang sangat tergantung pada kemampuannya untuk merespon perubahan lingkungan internal dan eksternalnya sebagaimana yang disampaikan oleh Jones (Ginting, 2020) melalui penerapan metode pertumbuhan dari aspek internal (ketika sebuah perusahaan tumbuh tanpa melibatkan bisnis lain) dan aspek eksternal (di mana dua bisnis bergabung untuk membentuk bisnis lain). Perubahan lingkungan bisnis di era konektivitas yang ditandai dengan revolusi industri 4.0 yang kemudian menuju society 5.0 menyebabkan pola bisnis lama mengalami disrupsi dan berdampak pada pergeseran dari resource based economy menuju knowledge based economy, open innovation, sharing economy dan kolaborasi. Menghadapi perubahan lanskip bisnis di era konektivitas tersebut, pemahaman berbagai konsep, teori, maupun praktek dalam konteks kewirausahaan strategis yang telah diuraikan sebelumnya akan sangat membantu pengelolaan organisasi dalam pertumbuhan dan pengembangannya, karena intinya adalah bagaimana organisasi mampu memberdayakan sumber daya agar mampu memanfaatkan tantangan dan peluang dalam rangka meningkatkan kinerja dengan penerapan strategi untuk memperoleh keunggulan bersaing secara berkelanjutan. Gojek, Tokopedia, Lazada, dan Traveloka, merupakan beberapa contoh organisasi bisnis di Indonesia telah mampu menerapkan sejumlah konsep dan teori tersebut sehingga mampu tumbuh dan berkembang dari start-up menjadi unicorn yang kemudian beraliansi untuk terus tumbuh mencapai keunggulan bersaing secara berkelanjutan.
Terkait dengan konteks penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan dalam hubungannya dengan Manajemen
SDM), perlu adanya pendekatan secara holistic berbagai cara yang dapat saling menunjang untuk menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki kemampuan technical,
methodological, social, dan personal, sehingga mampu beradaptasi dengan
perubahan lingkungan dalam hubungannya dengan pertumbuhan organisasi. Hal ini
karena untuk tantangan ke depan dibutuhkan inovasi dan kreatifitas, analytical
thinking, critical thinking, complex problem solving, kecerdasan emosional, kemampuan
berkomunikasi, kemampuan membangun hubungan yang humanis, kemampuan
berkolaborasi dan beradaptasi serta memiliki jiwa kepemimpinan dari setiap
individu dalam sebuah organisasi. Pandangan ini dilandasi oleh perkembangan konsep
dan teori pertumbuhan organisasi yang diuraikan oleh Dufour et al., (2018) dan berbagai krisis yang dapat terjadi pada tahapan
pertumbuhan organisasi sebagaimana yang diungkap oleh Greiner (1998).
DAFTAR PUSTAKA
Araújo,
M., Reis, L., Morais, I., Ouro, U. F. De, Ufop, P., & Monlevade, J. (2021).
Innovation Strategies for Adaptation of Organizations in a VUCA World. September.
https://doi.org/10.34190/EIE.21.162
Barney, J. (1991). Firm Resources and
Sustained Competitive Advantage. Journal of Management, 17(1),
99–120. https://doi.org/10.1177/014920639101700108
Barney, J., Wright, M., & Ketchen,
D. J. (2001). The resource-based view of the firm: Ten years after 1991. Journal
of Management, 27(6), 625–641.
https://doi.org/10.1177/014920630102700601
Chinta, R. N. N. (2018). PESTLE Analysis
- Harvard. Marketing for Managers, May, 33–36.
https://doi.org/10.4324/9780080914947-15
Coulter, M. (2002). Strategic
Management in Action (2nd ed.). Prentice Hall, New Jersey.
Dufour, Y., Steane, P., & Corriveau,
A. M. (2018). From the organizational life-cycle to “ecocycle”: a
configurational approach to strategic thinking. Asia-Pacific Journal of
Business Administration, 10(2–3), 171–183.
https://doi.org/10.1108/APJBA-05-2018-0095
Ginting, G. (2020). Kewirausahaan
Strategis (1st ed.). Universitas Terbuka.
Grant, R. M. (1991). The Resource-Based
Theory of Competitive Advantage: Implications for Strategy Formulation. California
Management Review, 33(3), 114–135. https://doi.org/10.2307/41166664
Greiner, L. E. (1998). Evolution and
revolution as organizations grow. 1972. Harvard Business Review, 76(3).
https://doi.org/10.1111/j.1741-6248.1997.00397.x
Jirásek, M., & Bílek, J. (2018). The
organizational life cycle: Review and future Agenda. Quality Innovation
Prosperity, 22(3), 1–18. https://doi.org/10.12776/QIP.V22I3.1177
Kuncoro, M. (2006). Strategi
Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Erlangga, Jakarta.
Kuncoro, M. (2020). Strategi
Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif Di Era Industri 4.0. Penerbit Andi,
Jakarta.
Ma, H. (2004). Toward global competitive
advantage: Creation, competition, cooperation, and co-option. Management
Decision, 42(7), 907–924. https://doi.org/10.1108/00251740410550961
Peteraf, M. A. (1993). The Cornerstones of Competitive Adv: RBV of Firm. Strategic Management Journal, 14,
179–191. https://doi.org/https://doi.org/10.1002/smj.4250140303
Porter, M. E. (1985). The Competitive
Advantage of Nations, Creating And Sustaining Superior Performance. The
Free Press, New York.
Sammut-Bonnici, T., & Galea, D.
(2015). SWOT Analysis. In Wiley Encyclopedia of Management: Vol. i
(Issue January 2015, pp. 5–9). John Wiley & Sons, Ltd. https://doi.org/10.1002/9781118785317.weom120103
Teece, D. J., Pisano, G., & Shuen,
A. (1997). Dynamic Capabilities and Strategic Management. Strategic
Management JournalJournal, 18(7), 509–533.
https://www.jstor.org/stable/3088148
0 comments:
Post a Comment